Minggu, 11 Mei 2014

Book of secret at writer code ( My antologi book )




Buku ini buku antologi ku bersama teman teman yang berisi tentang '' Rahasia ''' menulis yang bisa menjadikan orang yang membacanya termotivasi untuk menulis.

Buku ini di terbitkan oleh  Goresan Pena Publishing
Jl. Jami no.230, Sindang Jawa-Kadugede, Kuningan, Jawa Barat 45561

Phone : 0852212422416, email : goresanpena2012@gmail.com
Harga : Rp. 34.000




Pilihan wanita 2 ( my antologi book )

 
 
 
 
Buku antologi ku bersama teman teman yang berisi dan bercerita tentang memilih menjadi wanita karir atau Ibu rumah tangga. Buku ini berisi kisah kisah inspiratif yang bisa membuat pembacanya terenyuh ketika membaca .
 
 
Diterbitkan oleh Goresan Pena Publishing.
 
Jl. Jami no.230, Sindang Jawa, Kadugede, Kuningan, Jawa Barat 45561
 
Phone : 085221422416
 
 
Harga : Rp. 36.000
 


Minggu, 04 Mei 2014

Ibu - lah inspirasiku


Ibu lah inspirasiku


Gemericik suara hujan semakin membuatku enggan untuk melangkahkan kaki keluar rumah. Berdiam diri di sofa sambil memandangi hujan yang kian deras dari balik kaca menjadi santapanku di sore kelabu itu.
Ibu menghampiriku dan duduk disebelahku dengan membawa sepiring ubi rebus kegemaranku.

'' Masih panas nih ubinya, cepetan di makan ! '' Ibu menyodorkan ubi kepadaku.

'' Rini anaknya Pak RW sekarang makin sukses , ntar kalau kamu lulus kuliah minta carikan pekerjaan saja sama dia diperusahaan bonafidnya ''

'' Ah ! Ibu  '' Gerutuku sambil memasukkan ubi kemulut mungilku.

'' Ibu, ini mikirin masa depan kamu, ngapain kamu sekolah tinggi tinggi kalau kahirnya jadi pengangguran, ngabis ngabisin ongkos saja !! '' 

Ibu ku memang over aktif dalam mengatur masa depan anak anaknya. Setiap orang tua memang menginginkan yang terbaik untuk anak anaknya begitu juga dengan Ibu .

'' Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus kuliah nanti ? ''

Pertanyaan Ibu membuatku tersedak seketika. Kuambil secangkir teh manis yang ditaruh Ibu di meja dan meneguknya untuk menenangkan suasana kembali.

'' Aku ingin menjadi Ibu rumah tangga seperti Ibu.. '' Aku tersipu malu ketika mengucapkannya.

'' Ibu rumah tangga ? '' Ibu spontan menolehkan wajahnya dengan tatapan melotot.

Kuanggukkan kepala dan ku tatap dalam dalam mata ibu, seakan akan Aku ingin tahu apa reaksi Ibuku selanjutnya.

'' Ibu rumah tangga itu nggak perlu kuliah kayak kamu ! Ibu lulusan SD saja bisa kok bergelar Ibu rumah tangga, pikirkan masa depanmu, kalau kamu menikah penghasilan suamimu nantinya pas pasan, apakah kamu akan diam saja ? '' 

'' Ibu, semua sudah ada yang mengatur -NYA Bu! Suatu saat aku pasti akan menikah dan melahirkan anak dari rahimku. Anak anakku akan bangga karena akan dididik oleh seorang ibu yang berilmu pengetahuan Bu '' Celotehku.

Raut wajah ibuku menjadi masam seolah tidak senang dengan pernyataanku. Ku geserkan pantatku hingga Aku duduk saling berhimpitan dengan ibu. Kurangkul bahu Ibu dengan manja  ku bergelayut di bahunya.

'' Ibu... adalah guru terbaikku, Ibu berhasil mendidik anak anak ibu dengan penuh kasih sayang, Aku tahu ibu khawatir dengan masa depanku tapi... Aku ingin seperti Ibu ''  Ku cium kening Ibu, Ibu membalas memelukku, ada senyum dibibirnya, senyum yang amat manis, senyum seorang Ibu yang teramat aku sayangi.

'' Ibu lah inspirasiku''

'' Ndok ! Menjadi ibu rumah tangga itu gampang gampang susah, kamu hanya melihat dari segi enaknya saja, cobalah kalau kamu melakukannya sendiri berbagai keluh kesah pastilah akan kau ungkapkan.. '' Ibu memberiku wejangan.

'' Tenang saja , kan ada Ibu ! '' Timpalku.

'' Apa hubungannya dengan Ibu ?'' Ibu semakin tak mengerti dengan ucapanku.

'' Ibu kan bisa menularkan ilmu keibuannya kepadaku ''

Kamu itu lebih pintar dari ibu, Ndok ! Ibu juga menyesal kenapa dulu ibu tidak melanjutkan sekolah, kakekmu sudah memarahi ibu , malahan ibu memilih nikah dengan ayahmu itu ! '' Ibu mengarahkan pandangannya kewajah ayah yang sedang asik membaca korannya. Ayah yang tahu kalau kami sedang membicarakannya, memandang kearahku dan Ibu dengan seribu tanya.

'' Bu! Mna kopi buatku ? Dari tadi ditungguin malah santai duduk disitu ! ''

'' Oh, ya ! Yah, lupa ! Sebentar ya , Ibu buatin dulu ''

Ibu beranjak dari tempat duduknya menuju dapur.

''Yah, bagaimana pendapat Ayah tentang wanita karir dan Ibu rumah tangga ? '' Aku menggeserkan tubuhku hinggsa bersebelahan dengan Ayah.

Ayah melipat koran dan menaruhnya di meja '' Wanita karir ? Ibu rumah tangga ? Hemmm '' Ayah mengernyitkan dahinya seolah olah Ia sedang berpikir keras .

'' Semuanya berawal dari tujuannya masing masing , wanita karir itu bagus, Ibu rumah tangga juga pekerjaan yang mulia , kedua duanya bagus kok ! '' Jawaban Ayah semakin membuatku bingung .

'' Bingungin orang saja Ayah ini ! '' Sungutku .

'' Nanti juga kamu akn tahu jawabnnya sendiri setelah kamu terjun langsungkedalamnya ! '' Ayah melototkan matanya kepadaku 

'''Hufftt '' Jawabku kesal.

''Kopi datang ! '' Suara Ibu hadir dengan membawa secangkir kopi untuk Ayah.

'' Nah ! Lebih jelasnya kamu berguru pada Ibumu ini , Nak ! '' Ayah melemparkan wajahnya kepadaku.

''Ibumu kan lebih berpengalaman daripada Ayahmu ini.'' Sambungnya.

'' Ya, ya lah , Ibu mu kan ibu rumah tangga sedangkan Ayahmu kan ayah rumah tangga, mana tahu kerjaan ibu-ibu, taunya cuma marah marah '' Ibu menimpali ucapan Ayah.

'' Hahaha...... '' Aku tertawa lepas.

Ayah dan Ibu memandang kearahku, ku menjadi salah tingkah dengan pandangan itu, ku pasang senyum termanisku dan ku masukkan ubi kedalam mulutku.

'' hemmmmm, Yummy ! ''

Ayah dan Ibu geleng -geleng kepala dengan tingkah lakuku.

'' Rintik -rintik hujan masih mengiringi sore itu hingga menjelang malam. Masih ku pandangi hujan dari balik kaca.

Wahai angin malam sampaikan kepada masa depan , Aku lah calon Ibu rumah tangga .




Salah satu cerpen karyaku di antologi '' Pilihan wanita 2 '' Penerbit GP Publishing.



Selasa, 29 April 2014

Berteman dengan sunyi

 
 
 
 
 Berteman dengan sunyi
 
 
 
 
Aku masih dalam ruang waktu, hening ; sunyi
 
Mencari sosokmu dalam kelam
 
Berlari jauh, mengejar asa dalam gelap
 
Jenuh, lelah , terpekur diri disudut malam
 

              Tetap ku lempar tanya pada sunyi
              
              Sunyi tetap tak bergeming, pilu
 
               Sunyi........jawablah , katakan padaku
               
                Dinegeri manakah harus ku cari nafasnya
 
Dimanakah ia penyejuk hatiku
 
Dimanakah ia penuntun jiawaku
 
Mengapa yang kudapat hanya sunyi sepi
 
Tetap sunyi menusuk relung hati
 
                Sunyi, ada dalam relung kalbuku
           
                Sunyi, aku kini tanpamu
 
                Sunyi, jawaban yang ku temu
 
               Terima kasih, sunyi ku kini aku tahu
 
 
(Purwodadi, 28 April 2014 )